Resensi
novel "Autumn in Paris"
BIODATA BUKU :
Judul
Buku : Autumn in Paris
Penulis : Ilana Tan
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ketujuh, 2009
Jumlah Halaman : 272 lembar
Penulis : Ilana Tan
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ketujuh, 2009
Jumlah Halaman : 272 lembar
Sinopsis :
Tara Dupont menyukai Paris dan musim
gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu
Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya
sejak awal.
Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim
gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya.
Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi
bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.
Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak
menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia
yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran
terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga
begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri
hidup…
“Seandainya masih
ada harapan – sekecil apa pun – untuk mengubah kenyataan, ia bersedia
menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu…”
******
Cinta datang dengan cara yang berbeda-beda. Tidak
peduli siapa, dimana, atau mengapa. Itulah yang dialami gadis blasteran
Indonesia-Prancis, Tara Dupont. Ia bukanlah wanita berkulit putih susu, bermata
biru, atau berambut pirang seperti wanita Eropa kebanyakan. Ia memiliki wajah
asia dan bermata abu-abu. Gadis yang berprofesi sebagai penyiar radio ini
memiliki penyakit yang sangat sulit dihilangkan, yaitu rasa ingin tahu. Sifatnya
inilah yang akhirnya membawa Tara menemukan cintanya.
Hidup bergelimang harta tidak membuat
hidup seseorang menjadi bahagia. Begitu juga dengan Tara. Ayahnya, Jean-Daniel
Dupont merupakan seorang pengusaha kaya di Prancis. Sementara Ibunya adalah orang
Indonesia. Mereka bercerai secara baik-baik beberapa tahun lalu.
Beruntunglah, ada seseorang yang dapat mengisi hari-harinya, dialah Sebastien
Giraudeau, kakak angkatnya. Mereka berdua memiliki kesamaan nasib. Begitulah
yang sering Sebastien katakan jika ada orang bertanya mengapa Ia dan Tara
dekat. Ia menganggap Tara seperti adiknya. Begitu juga yang dirasakan Tara, Ia
akan senang jika ada Sebastien.
Cerita cinta Tara, berawal dari ajakan
makan malam Sebastien, Tara bertemu dengan arsitek muda asal Jepang, Tatsuya
Fujisawa yang bekerja sama dengan Sebastien dalam pekerjaan. Laki-laki berwajah
tampan dan ramah. Begitulah kesan pertama Tara terhadap Tatsuya.
Sejak makan malam itu, Tara dan
Tatsuya sering pergi bersama. Mulai dari mengunjungi museum, melihat kota Paris
dari ketinggian, sampai makan malam bersama. Perjalanan itu, dirangkum dengan
baik oleh Tatsuya, dan dikirim melalui sebuah program radio di tempat Tara
bekerja. Cerita demi cerita mengalir dengan lancar, mulai dari cerita lucu
sampai sedih. Monsieur Fujitatsu, begitulah ia dikenal di
kalangan penikmat radio. Tara Dupont adalah tujuan tersembunyi Tatsuya ke
Prancis. Suka musim gugur, tidak suka menunggu tapi sering terlambat merupakan
secuil hal yang Ia tahu mengenai seorang Tara. Sampai-sampai, dalam ceritanya
dalam program radio menyebutkan Tara sebagai “Gadis Musim Gugur”. Fansnya di
luar sana semakin penasaran sipakah gadis musim gugur yang membuat pria
romantis seperti Tatsuya, jatuh cinta?
Seiring berjalannya waktu, Tatsuya
memberitahu alasan mengapa Ia pergi ke Prancis, selain untuk bekerja tentunya.
Ternyata, Tatsuya Fujisawa ingin menemui cinta pertama Ibunya, dan menyerahkan
surat dari Ibunya sebelum meninggal kepada orang itu. Tentu suatu tugas yang
sangat sulit, Tatsuya harus siap dengan segala tanggapan dari cinta pertama
Ibunya. Tara hanya beranggapan bahwa tugas itu harus dilaksanakan Tatsuya
dengan baik karena menyangkut permintaan terakhir Ibunya. Akhirnya, Tatsuya
memutuskan untuk segera bertemu dengan orang itu. Tak disangka, cinta pertama
Ibunya adalah seseorang yang baik dan mau menerimanya. Pria Prancis berumur
sekitar 50 tahun dan memiliki mata seperti dirinya, Monsieur Lemercier. Dari surat cinta Ibunya,
dikatakan bahwa Tatsuya adalah anak kandung Ibunya dengan Lemercier. Ibunya,
Sanae Nakata hamil saat Ayah kandungnya kembali ke Prancis setelah berlibur
singkat di Jepang. Kini, Tatsuya memiliki Ayah angkat yang sangat menyayanginya
di Jepang, Kenichi Fujisawa. Lemercier juga menceritakan bahwa Ia memiliki
seorang anak perempuan bernama Victoria.
Pertemuan yang menyakitkan itu
terjadi, saat Tatsuya, Tara, dan teman-temannya sedang mengunjungi pub milik Ayah Tara. Tak disangka,
kedatangan Jean-Daniel Dupont mengakibatkan gejolak yang hebat dalam diri
Tatsuya maupun Tuan Dupont. Ialah cinta pertama Ibunya yang Ia temui beberapa
minggu lalu. Tatsuya semakin bingung dan gelisah saat Tara memanggil tuan
Dupont “papa” dan memperkenalkan kepada teman-temannya bahwa Tuan Dupont adalah
Ayahnya. Begitu pula dengan Tuan Dupont, Ia memperkenalkan Tara dengan nama
kecilnya, Victoria. Begitu melihat Tatsuya, Daniel Dupont segera mempertanyakan
perasaan Tara terhadap Tatsuya. Ia melihat perasaan suka dalam anaknya dan
ternyata benar. Tara menyukai Tatsuya Fujisawa, dan itu tidak seharusnya terjadi.
Beberapa hari setelah itu, Tatsuya
kehilangan cahaya hidupnya. Ia menjadi gila kerja dan semakin sulit ditemui. Ia
terlalu takut menghadapi kenyataan dan harus membuang perasaannya jauh-jauh.
Sampai akhirnya, Tatsuya mengajukan tes DNA sebagai harapan terakhirnya kepada
Tuan Dupont untuk memastikan bahwa Ia adalah anaknya. Harapan itu hilang, Ia
adalah anak Jean-Daniel Lemercier, ayah Tara. Lambat laun, Tara mengetahuinya
juga, bahwa Ia dan Tatsuya adalah saudara satu Ayah. Perasaannya tak terbendung
lagi, segala ketakutan, kekecewaan, dan kegelisahan memenuhi otaknya. Cintanya
dengan Tatsuya kini menjadi suatu kesalahan. Hal itu juga sempat membuat Tara
berpikir untuk terjun dari Sungai Seine.
Tara mencoba untuk mengerti keadaan
saat ini, Tatsuya adalah saudaranya. Ia mencoba menerima takdir menyakitkan
ini. Dengan keadaan dan perasaannya yang tidak menentu, Tatsuya kembali ke
Jepang. Tatsuya berharap dengan cara inilah Ia dan Tara bias menghadapi
semuanya, menstabilkan keadaan. Pada bulan-bulan awal, Tara merasa kehilangan
sosok Fujitatsu, namun Ia segera pulih dari kesedihan dan kembali menjadi Tara
yang ceria dengan bantuan Sebastien.
Beberapa bulan kemudian, orang tua
Tatsuya di Jepang memberitahu kabar buruk bagi Tara dan Ayahnya. Tatsuya
mengalami kecelakaan di tempat konstruksi, dan sekarang sedang dalam keadaan
koma. Ayah angkat Tatsuya percaya bahwa Tatsuya sedang menunggu Tara dan
Jean-Daniel Lemercier. Sesampainya di Jepang, Tara segera menjenguk Tatsuya di
rumah sakit. Tara memutuskan untuk tidak masuk ke ruang perawatan, karena
merasa dirinya tidak akan sanggup melihat keadaan Tatsuya. Dengan informasi
yang diberikan oleh teman Tatsuya, Tara mengunjungi apartemen Tatsuya. Di
apartemen itu, Ia seperti bisa melihat kepribadian dan kehidupan kakaknya,
Tatsuya. Ia juga menemukan beberapa lembar foto dirinya sendiri. Secara tidak
sengaja, Tara menyenggol laptop di atas meja. Ia terkejut dan mulai menitikkan
air mata. Ternyata, sampai sekarang, Tatsuya tetap berhubungan dengan Sebastien
dan menanyakan kabar Tara melalui e-mail. Tara melihat e-mail terakhir dari Tatsuya untuk Sebastien.
Tara kembali ke rumah sakit, di sana
keadaan semakin tidak menentu. Tatsuya belum bangun. Tara masuk ke dalam ruang
perawatan dan melihat selang yang menghubungkan tubuh Tatsuya dengan alat-alat
kesehatan. Ia menggenggam tangan Tatsuya dan mengatakan semua yang ada dalam
pikirannya. Tara juga mengatakan perasaannya pada Tatsuya. Saat Tara
mengucapkan sebuah kalimat penuh makna, di saat itulah, Tatsuya pergi. Ia hanya
bisa melihat dari jauh saat tubuh Tatsuya dikerumuni oleh dokter dan perawat.
Kalimat penuh makna dari tara, “Aku akan selalu menyayangimu”.
Fujisawa Tatsuya, kini telah pergi dan
tak akan kembali. Tatsuya telah mengajarkan banyak hal pada Tara, tentang kepedihan,
kenyataan, dan cinta. Tara kembali teringat, e-mail terakhir dari Tatsuya
kepada Sebastien. “Selama dia bahagia. Aku juga akan bahagia. Sesederhana itu”